Kamis, 16 Juli 2009

Keikhlasan dalam Mencintai

Diposting oleh erfana di Kamis, Juli 16, 2009
Aku mempunyai dua orang sahabat sejak kecil.Kami bertiga sejak dulu dekat banget seperti saudara. Sering menghabiskan waktu bersama, namun kini semuanya telah berubah. Salah satu sahabatku beberapa tahun belakangan ini pindah ke luar pulau. Kisah hidupnya mengharukan. Dia pindah ke Bukittinggi bersama suaminya yang kenal lewat telepon. Kemudian terjadilah kisah ajaib itu, saling kenal, pacaran, dan dilamar lewat telepon, serta menikah ketika sehari sebelum akad nikah, pria itu baru dilihatnya secara langsung. Tiga hari kemudian dia pindah ikut suaminya ke Bukittinggi.

Sejak ikut suaminya, praktis dia tidak pernah pulang ke Kudus, selama tiga tahun, Cuma sekali dia kesini, waktu anaknya berumur kurang dari satu tahun. Selama itu, kami hanya berhubungan lewat telepon. Dulu sering sekali kami ngobrol berjam-jam berdua. Tidak peduli tagihan pulsa yang membengkak. Karena aku tahu, dia kadang sungguh merasa kesepian tinggal begitu jauh dari kampung halaman.

Pada suatu pagi, waktu aku sedang ada di rumah, teleponku berbunyi, dari sahabatku itu. Aku sengaja tidak segera mengangkatnya karena di rumah lagi ramai banget dan biasanya kalau dia sedang telepon, pasti butuh tempat tenang karena kami pasti akan ngerumpi seru. Aku mulai curiga waktu hapeku terus berdering. Tak lama kemudian, ada sms masuk. Dari dia, smsnya singkat. ”Suamiku meninggal dunia tadi pagi”
Sontak aku terkejut, aku telepon dia, dia sudah tidak bisa bicara karena menangis hebat. Aku matiin telepon dan kucoba menghubungi keluarganya yang ada di sini. Barulah aku tahu ceritanaya. Suaminya meninggal mendadak. Aku juga menangis saat itu.

Setelah itu, kami jadi lebih sering berhubungan. Entah telepon atau sms. Kami sering menangis bersama. Dia menceritakan kegundahannya apakah dia akan pulang ke Jawa atau menetap disana. Aku juga semakin sering ke rumah keluarganya, sekedar menanyakan kabarnya kepada ibunya yang sudah seperti ibuku sendiri, saling menguatkan. Hingga lama-lama frekuensi hubungan kami jadi semakin berkurang. Mungkin karena kesibukan kami.

Hingga kemudian, beberapa bulan lalu, waktu aku sedang rapat di desa dampingan, aku ditelepon olehnya. Suaranya terdengar bahagia. Dia bilang dia sudah ada di Kudus selama satu minggu. Aku kaget, spontan jawab , ”Sudah seminggu dan baru sekarang nelepon aku? Keterlaluan” Sahutku sambil bercanda.
Kami lalu memutuskan janjian. Kami berdua ditambah satu orang sahabat kami yang lain. Jadilah kami bertiga ketemuan pada suatu sore. Sengaja aku menekankan kata-kata sendirian waktu mengajak mereka ketemu. Bukan apa-apa, aku cuma pengen kami bisa berbagi cerita bersama sepuasnya tanpa diganggu oleh orang lain.

Dan ternyata, justru aku (tepatnya kami berdua) yang kaget melihat sahabatku tersayang itu datang. Dia memang datang sendiri, tapi tengah hamil besar sekitar 6 bulanan. Sesore itu, kami bertiga, malah jadi canggung, saling menjaga jarak.Tidak akrab dan ceria seperti dulu kami bertiga kalau ngumpul, tapi penuh dengan basa basi seadanya.Tak ada cerita-cerita yang keluar dari mulut kami bertiga. Sampai tiba saatnya berpisah. Bahkan hari-hari setelahnya pun, sekalipun aku tidak pernah bertemu lagi dengannya, Smspun tidak, padahal dia di kota ini selama 18 hari. Cuma saat dia mau pulang ke Bukittinggi, dia sms untuk pamitan. Cuma itu.

Perasaanku, waktu melihat dia hamil, aku sakit hati. Kenapa dia tidak cerita? Padahal dulu aku ingat sekali kami sering menangis bersama di telepon ketika dia cerita betapa ia sangat kesepian dan kehilangan suaminya. Lalu, ketika dia menikah lagi, kenapa dia tidak memberitahuku? Dengan siapa, kapan, bagaimana ceritanya? Aku marah. Itulah sebabnya kemudian aku bahkan tidak ingin menghubunginya. Waktu itu aku merasa, kenapa dia cuma butuh aku saat dia sedih saja, dan ketika dia bahagia, dia bahkan tidak sedikitpun ingat padaku. Padahal aku mengkhawatirkannya setiap waktu. Aku menganggapnya egois.

Sudah empat bulan berlalu. Akhir akhir aku sering memikirkannya. Aku sadar, selama ini akulah yang egois. Aku yang jahat, yang tidak rela sahabatnya bahagia.
Memangnya kenapa kalau dia tidak mengabariku kalau dia sudah menikah, bukankah yang penting dia baik-baik saja? Bukankah selama ini itulah doaku untuknya. Apa aku mengharapkan dia terus-terusan menangis agar aku bisa ada di hatinya terus. Berarti Aku yang egois. Yang tidak rela dia bahagia.

Padahal mestinya aku tahu, kalaupun dia tidak menghubungiku saat-saat itu, pastilah bukan karena aku tidak temasuk di list orang-orang yang ada dihatinya. Mungkin karena dia hanya tidak sempat, dia tidak ingin aku lebih mengkhawatirkannya, atau sebab-sebab lain yang pastinya dia telah memikirkannya masak-masak. Karena kami kenal bukan setahun-dua tahun. Tapi bertahun-tahun lamanya. Dan aku begitu bodoh hingga melewatkan kesempatan langka untuk menghabiskan waktu bersamanya, tapi aku malah menghakiminya begitu saja.

Cerita ini, mengingatkanku bahwa, jika aku mencintai seseorang, aku harus bisa ikhlas. Mencintai adalah melepaskan. Bukan memaksakan. Sama seperti ketika aku mencintai sahabatku, ketika aku ingin akulah pusat dunianya, semuanya cerita penting hidupnya harus aku ketahui, tidak boleh aku melewatkan setiap kisah hidupnya. Bukan. Itu bukan mencintai. Itu egois. Sama seperti ketika mencintai orang yang tidak mencintai kita lalu kita marah, lalu menutup diri darinya, menganggapnya bodoh dan malah menjelek-jelekkannya, berarti kita tidak benar-benar mencintai. Aku selalu berpikir bahwa cinta itu tulus, yang tidak perlu alasan, tidak perlu syarat, yang tidak peduli apakah orang yang kita cintai mempunyai perasaan yang sama dengan kita atau tidak. Karena melihat orang yang kita cintai bahagia, sungguh merupakan hadiah terindah dari cinta itu sendiri. Walaupun dia tidak bersama kita.

1 komentar on "Keikhlasan dalam Mencintai"

awanbyru on 17 Juli 2009 pukul 08.07 mengatakan...

Wah wah makin pinter aja bu menyikapi sebuah peristiwa. . .Sebaiknya emang memandang dari dua arah, jangan terbiasa hanya menggunakan dari sisi kita nya aja.
Hehehe aku nek nikahan gak bilang bilang kamu ah biar di benci... :P

Posting Komentar

 

Tentangku Copyright © 2009 Girl Music is Designed by Ipietoon Sponsored by Emocutez